Sabtu, 07 Juli 2012

Pesona dan Cerita di Balik Rumah Adat Suku Dayak

Pesona dan Cerita di Balik Rumah Adat Suku Dayak - Kini, tak banyak lagi Suku Dayak di pesisir Kalimantan yang menempati rumah adat Lamin. Namun, tak hilang ditelan waktu rumah panjang khas Suku Dayak ini menjadi perhiatian wisatawan. Yuk, singgah di rumah Lamin Mancong!

Lamin merupakan rumah panjang dari kayu, buatan khas suku Dayak. Namun, kini tak banyak lagi masyarakat Dayak yang tinggal di rumah tersebut. Walaupun begitu, keberadaan rumah adat yang satu ini tetap menarik kedatangan wisatwan.

Lamin Mancong, sebuah objek wisata yang tentunya sayang untuk Anda lewatkan jika berkunjung ke Kalimantan Timur. Rumah Lamin Mancong ini merupakan sebuah rumah panjang terbuat dari kayu khas suku Dayak Benuaq. Traveler bisa bertandang ke rumah ini di Kampung Mancong, Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kaltim.

Usia bangunan yang sudah senja ini sudah pernah mengalami pemugaran oleh EHIF (Equatorial Heritage International Foundation). Di depan rumah adat seluas 1.005 meter persegi ini terdapat beberapa patung-patung dengan ukuran khas suku Dayak. Ada yang berupa patung laki-laki dengan anjing, perempuan, maupun bentuk lainnya yang terlihat semi abstrak.

Konon menurut kepercayaan suku Dayak, patung-patung kayu ini menandakan jumlah kerbau yang telah disembelih dalam acara Kuangkai. Kuangkai itu merupakan ritual penghargaan kepada arwah leluhur yang dianggap berjasa sepanjang hidupnya oleh anggota keluarga. Dengan kata lain, satu patung menandakan satu ekor kerbau yang mereka sembelih. Untuk membuktikan kebenaran tersebut, tengkorak kerbau juga masih dapat Anda lihat di dalam rumah Lamin Mancong.

Menurut penuturan beberapa warga, dulu banyak turis asing datang ke Mancong untuk berkunjung ke Rumah Lamin. Kebanyakan dari mereka di antaranya dari Belanda ataupun Amerika. Ya, letaknya yang berdekatan dengan Tanjung Isuy dan Danau Jempang membuat rumah Lamin ini menjadi salah satu tujuan kunjungan wisatawan. Tak jarang, upacara penyambutan berupa tari-tarian adat digelar oleh masyarakat setempat, sesuai dengan permintaan wisatawan.

Bangunan Lamin Mancong saat ini, tak lagi sepenuhnya mengikuti prinsip bangunan Lamin Dayak. Hal ini tampak dari bentuk bangunannya yang bertingkat, sementara rumah panjang Dayak tidak ada yang bertingkat. Seluruh bangunan rumah Lamin Mancong terbuat dari kayu, ada yang bilang dari kayu Ulin. Akan tetapi, ada juga yang menyebutkan jika kayu yang digunakan rumah Lamin saat ini tidak murni terbuat dari kayu Ulin.

Saat ini, rumah Lamin hanya digunakan saat ada acara adat ataupun sebagai destinasi wisata. Tidak ada lagi warga yang mendiami Rumah Lamin.

Hijaunya pemandangan terhampar saat Anda sampai di bagian atas Lamin. Pemandangan lain yang tak kalah menarik adalah jalan setapak dari kayu ulin yang akan Anda lewati, mulai dari jalan masuk kampung hingga sampai di rumah Lamin.

Untuk berkunjung ke Lamin Mancong, Anda dapat melewati jalur darat atau sungai. Untuk menempuh jalur darat memerlukan waktu sekitar 5 jam dari Samarinda, Kaltim. Jika ingin merasakan suasana yang lebih seru dan menyatu dengan alam, Anda bisa coba dengan menyusuri Sungai Mahakam dari Samarinda ataupun Loajana dengan menumpang taksi air.

Setiba di Muara Muntai, Anda dapat melanjutkan perjalanan menggunakan ketinting ke Tanjung Isuy dengan melewati Danau Jempang. Untuk sampai di Kampung Mancong Anda memerlukan waktu 15-20 menit dari Tanjung Isuy menggunakan jalur darat.



Sumber : http://travel.detik.com/read/2012/07/04/211135/1957913/1025/5/pesona-dan-cerita-di-balik-rumah-adat-suku-dayak#topart

Tahukah Kamu?
Hanya 3 malaikat, Gabriel, Michael dan Lucifer yang disebut dalam injil
Itulah berita untuk 'Pesona dan Cerita di Balik Rumah Adat Suku Dayak', semoga bermanfaat dan bisa menjadi inspirasi buat kamu.