Zona Malam - MEMBUAT otak senantiasa aktif menjadi cara terbaik untuk menjaga kesehatan. Selain itu, Anda pun dapat mengetahui kecenderungan respons otak Anda terhadap berbagai aktivitas seksual yang dihadapi.
Memelajari aktivitas otak dengan bantuan teknik pencitraan medis dapat membantu memprediksi aktivitas seksual. Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti menemukan bahwa orang yang sering melakukan aktivitas otak secara otomatis mereka mudah merespons saat melihat gambar erotis. Tak hanya itu, mereka pun dinilai lebih aktif secara seksual, seperti dilaporkan Midday.
Para ilmuwan dari Universitas Dartmouth sempat mengukut tingkat erotisme pada sekelompok mahasiswa, serta mengukur aktivitas kerja di otak mereka. Ketika para siswa melaporkan aktivitas seksual mereka enam bulan kemudian, rata-rata dari mereka menunjukkan respons besar di mana mereka lebih aktif secara seksual. Sementara para pelajar yang tidak bereaksi banyak ketika melihat gambar erotis, diketahui justru lebih sedikit lambat dalam aktivitas seksual.
Menurut terapis seks, Laura Berman, ada dua faktor utama yang mengontrol respons baik terhadap rangsangan seksual dan perilaku seksual mereka, salah satunya jumlah testosteron dalam tubuh.
Testosteron merupakan hormon utama yang mengontrol dorongan seksual, sehingga saat seseorang memiliki kadar hormon ini cukup tinggi, maka mereka lebih responsif terhadap hal-hal yang berbau seksual. Faktor lainnya yakni berbagai penghambatan tentang seksualitas yang dimiliki seseorang bukanlah bawaan, tetapi bisa berasal dari budaya dan pendidikan.
Orang yang dibesarkan dengan dibekali pengetahuan seksual cenderung dapat bergaul tanpa rasa malu, tapi tidak aktif secara seksual dan cenderung kurang menikmati rangsangan erotis. Sebaliknya, mereka yang cenderung pendiam dan merasa aktivitas seksualnya dihambat justru memiliki kemungkinan untuk lebih menikmati rangsangan erotis
sumber : Baca juga - klik di sini Pics Hot Memelajari aktivitas otak dengan bantuan teknik pencitraan medis dapat membantu memprediksi aktivitas seksual. Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti menemukan bahwa orang yang sering melakukan aktivitas otak secara otomatis mereka mudah merespons saat melihat gambar erotis. Tak hanya itu, mereka pun dinilai lebih aktif secara seksual, seperti dilaporkan Midday.
Para ilmuwan dari Universitas Dartmouth sempat mengukut tingkat erotisme pada sekelompok mahasiswa, serta mengukur aktivitas kerja di otak mereka. Ketika para siswa melaporkan aktivitas seksual mereka enam bulan kemudian, rata-rata dari mereka menunjukkan respons besar di mana mereka lebih aktif secara seksual. Sementara para pelajar yang tidak bereaksi banyak ketika melihat gambar erotis, diketahui justru lebih sedikit lambat dalam aktivitas seksual.
Menurut terapis seks, Laura Berman, ada dua faktor utama yang mengontrol respons baik terhadap rangsangan seksual dan perilaku seksual mereka, salah satunya jumlah testosteron dalam tubuh.
Testosteron merupakan hormon utama yang mengontrol dorongan seksual, sehingga saat seseorang memiliki kadar hormon ini cukup tinggi, maka mereka lebih responsif terhadap hal-hal yang berbau seksual. Faktor lainnya yakni berbagai penghambatan tentang seksualitas yang dimiliki seseorang bukanlah bawaan, tetapi bisa berasal dari budaya dan pendidikan.
Orang yang dibesarkan dengan dibekali pengetahuan seksual cenderung dapat bergaul tanpa rasa malu, tapi tidak aktif secara seksual dan cenderung kurang menikmati rangsangan erotis. Sebaliknya, mereka yang cenderung pendiam dan merasa aktivitas seksualnya dihambat justru memiliki kemungkinan untuk lebih menikmati rangsangan erotis