Kamis, 27 September 2012

Mitos Sesat Seputar Vasektomi


Vasektomi. Mendengar kata ini, tak sedikit pria yang bergidik ngeri. Apa sebenarnya yang membuat pria menikah tidak berani menjalani metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan ini? Mungkin karena terbayang sejumlah mitos sesat.

Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Dr Harni Koesno, MKM, mengatakan, vasektomi adalah salah satu kontrasepsi pria dengan pengikatan saluran sperma untuk mencegah kehamilan. Kontrasepsi ini sifatnya permanen.

Banyak pria merasa takut menjalani operasi organ kelamin. Mereka berpikir bahwa metode kontrasepsi ini akan membuat mereka kehilangan keperkasaan. Mereka umumnya khawatir akan kehilangan kemampuan seksual. "Vasektomi tidak sama dengan kebiri," kata Harni.

Harni menjelaskan bahwa vaksektomi dilakukan dengan pembiusan lokal di kedua kulit buah zakar. Bagian itu lalu dibedah beberapa sentimeter untuk mengikat dan memotong saluran sperma. Bekas luka kemudian dijahit. Hanya butuh sekitar 10 sampai 20 menit untuk melakukannya.

Picu impotensi?
Harni memastikan bahwa kontrasepsi permanen ini tidak akan menyebabkan masalah kesehatan dan seksual bagi pria. "Vasektomi itu kan yang diikat salurannya, sementara ereksi itu kan terkait dengan kelamin pria. Jadi, tidak ada hubungannya," kata Harni Koesno.

Jika menilik dari sisi kesehatan, vasektomi sebenarnya justru menguntungkan karena dapat menurunkan risiko kanker prostat. Vasektomi hanya akan memunculkan efek tidak dapat melakukan pembuahan. "Yang memicu impotensi itu bukan vasektomi tapi penggunaan obat-obatan tertentu," ujarnya.

Menurunkan libido?
Banyak pria cenderung memilih menggunakan alat kontrasepsi lain seperti kondom lantaran khawatir akan kehilangan gairah dan kemampuan seksual. Itu hanya mitos! "Ini hanyalah asumsi saja, tidak benar. Jika memang menurun, disebabkan karena hal lain bukan karena telah vasektomi," ujarnya.

Dalam kehidupan seksual, pasangan suami istri biasanya justru akan lebih menikmati hubungan karena tidak lagi khawatir adanya kebocoran yang dapat mengakibatkan kehamilan tak diinginkan. Hal ini membuat hubungan seksual justru semakin bergairah