Menurut riset terbaru yang dimuat jurnal Human Reproduction, konsumsi makanan yang mengandung kedelai dalam jumlah sedang dapat menurunkan konsentrasi sperma seorang pria. Tercatat ada penurunan sekitar 41 juta sperma per mililiter semen bila pria mengonsusmi satu porsi makanan setiap dua hari.
Penurunan jumlah sperma ini tentunya tidak akan membuat seorang pria sehat menjadi mandul. Namun, para ahli menyatakan, penurunan ini memberi dampak signifikan kepada pria yang memang sebelumnya memiliki konsentrasi sperma rendah.
Penulis laporan ini, seperti dikutip BBC mengatakan, hubungan antara kedelai dan rendahnya kuantitas sperma belum jelas. Tetapi spekulasi sementara adalah kandungan estrogen kedelai seperti yang terdapat pada tahu atau susu kedelai dapat mengganggu sinyal hormonal.
Sejumlah riset pada binatang sebelumnya telah mengindikasikan tingginya kandungan senyawa kedelai dapat memengaruhi tingkat kesuburan. Tetapi penelitian lain yang mengamati konsumsi kedelai pada manusia justru menunjukkan hasil yang bertolak belakang.
Para ahli dari Harvard School of Public Health melakukan riset terhadap 99 pria yang menjadi pasien klinik kesuburan di Massachusetts General Hospital pada tahun 2000-2006. Partisipan ini bersedia memberikan sampel semen. Para pria dibagi dalam empat kelompok dan dibedakan berdasarkan jumlah makanan kedelai yang dikonsumsi.
Ketika konsentrasi sperma pria yang paling banyak mengonsumsi kedelai dibandingkan dengan mereka yang konsumsinya sedikit, peneliti menemukan adanya perbedaan yang signifikan.
Konsentrasi sperma "normal" untuk seorang pria berkisar 80 hingga 120 juta per mililiter, dan rata-rata pria yang memakan kedelai dengan rata-rata satu porsi setiap dua hari ternyata konsentrasinya 41 juta lebih rendah.
Dr Jorge Chavarro, pemimpin riset ini, menegaskan, senyawa kimia dalam kedelai bernama isoflavon diduga dapat memengaruhi produksi sperma. Zat atau senyawa ini juga memiliki efek sama seperti halnya hormon estrogen pada manusia.
Dr Chavarro juga mencatat bahwa pria yang kelebihan berat badan atau mengidap obesitas tampaknya lebih rentan terhadap dampak ini. Hal ini dapat direfleksikan pada sebuah fakta bahwa tingginya kadar lemak dalam tubuh juga dapat meningkatkan produksi estrogen pada pria.
Walau begitu, studi ini mendapat komentar dari Dr Allan Pacey, pakar andrologi dari Universitas Sheffield Inggris, dikaitkan dengan fakta banyaknya pria di Asia mengonsumsi kedelai tetapi mereka tak punya masalah sama sekali dengan kesuburan. Konsumsi kedelai di beberapa wilayah Asia secara signifikan lebih tinggi dan bahkan melebihi batas maksimal yang ditemukan pada partisipan penelitian.
Dr Allan Pacey menyatakan kalaupun kedelai benar-benar memiliki efek detrimental terhadap produksi sperma, masalah kesuburan mungkin terjadi di wilayah Asia dan sejauh ini belum ada bukti hal itu terjadi.
"Kebanyakan pria selalu cemas apakah gaya hidup atau pola makan mereka dapat memengaruhi tingkat kesuburan dengan cara menurunkan jumlah kuantitas sperma. Kandungan estrogenik dalam makanan atau lingkungan telah mendapat sorotan selama bertahun-tahun. Tetapi, kebanyakan para ahli mengira bahwa bayi laki-laki yang terpapar estrogen dalam uterus sebelum lahir adalah mereka yang berisiko paling tinggi.
"Kami harus meneliti lebih saksama tentang diet para pria ketika dewasa meskipun faktanya bahwa ada sebagian besar warga dunia mengonsumsi kedelai sebagai diet utama mereka dan tampaknya tak punya masalah kesuburan dibanding mereka yang menerapkan pola diet Barat," papar Pacey.
Sumber: BBC