Kamis, 13 September 2012

Inilah 6 Film, Novel dan Kartun yang Memicu Kontroversi Umat Islam


ARTIKEL ZAMRUD HIJAU | Inilah 6 Film, Novel dan Kartun yang Hina Umat Islam - Atas nama kebebasan berpendapat dan berbicara, 6 karya-karya ini dibuat. Namun adakah kebebasan mutlak? Bagaimana bila kebebasan itu bersinggungan dengan kebebasan orang lain yang memicu protes? Dan apakah protes itu harus dengan kekerasan?

"Jadi, sejarah seperti berulang. Satu-satunya hal yang menggelikan adalah keras kepala terus-menerus dari kedua pihak, baik komitmen Barat terhadap "kebebasan berbicara" dan dunia Muslim yang responsif dengan kekerasan, ironi pada mereka berdua," demikian dikatakan Abbas Barzegar, asisten profesor dari Georgia State University dan anggota Institute Kebijakan Sosial dan Kesepahaman seperti dilansir Huffington Post, Kamis (13/9/2012) ini.

"Kita harus mengerti bahwa apakah itu mengambil bentuk Muhammad atau Kebebasan Berbicara, hal-hal yang suci itu tidak tersentuh. Sampai kita menemukan sistem hukum yang membatasi kekerasan pada simbol-simbol suci," imbuhnya.

Sementara dilansir dari USA Today, menggambarkan Nabi Muhammad, baik dari segi positif atau negatif itu tidak dibolehkan.

"Menggambarkan Nabi Muhammad itu tidak dilarang, namun tidak dianjurkan karena bisa mendewakan manusia dan mengalihkan perhatian umat dari menyembah Allah," kata M Zuhdi Jasser, penulis buku muslim 'A Battle for The Soul of Islam: An American Muslim's Patriot Fifht to Save His Faith'.

Berikut karya-karya yang memicu protes umat Islam seperti dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber:

1. Novel 'The Satanic Verses'



The Satanic Verses adalah novel keempat dari pengarang Salman Rushdie yang kelahiran Mumbai, India. Novel yang terbit pada 1988 ini memicu kontroversi, utamanya di Iran. Novel itu dinilai menggambarkan dan menyinggung kehidupan Nabi Muhammad dan proses turunnya Alquran secara tidak benar.

Dalam novel dinilai bahwa umat Islam dinilai sangat asusila, dan klaim Salman Rushdie mengenai ayat-ayat Alquran yang menurut Rushdie adalah 'kerja dari Setan'. Rushdie juga menamakan tokoh-tokohnya di novel itu, seperti Mahound (nama yang merendahkan Nabi Muhammad saat Perang Salib), kemudian Saladdin (nama pahlawan besar Islam saat Perang Salib) yang kemudian diceritakan menjadi setan dan banyak lagi.

Pemimpin tertinggi Iran pada 1989, Ayatullah Ruhollah Khomeini sampai mengeluarkan fatwa hukum mati bagi Rushdie. Buku ini dilarang terbit di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

2. Film 'Submission'



Film 'Submission' ini dirilis pada 2004, merupakan film pendek berdurasi 11 menit yang disutradarai Theo Van Gogh dan skenarionya ditulis Ayaan Hirsi Ali, mantan anggota parlemen Belanda. Film ini ditayangkan di jaringan TV publik Belanda (VPRO) pada 29 Agustus 2004.

Judul film ini dinilai merupakan terjemahan langsung dari kata Islam, yang secara etimologi berasal dari 'taslim', yang diartikan ketundukan. Film ini menceritakan tentang 4 karakter fiksi yang diperankan aktris tunggal, tentang perempuan bercadar, yang di tubuhnya terdapat tato ayat-ayat Alquran.

Tokoh perempuan di film itu diceritakan seorang muslimah, yang mengalami berbagai kekerasan dalam dari suaminya, diperkosa dan dipukul oleh pasangannya. Monolog tokoh perempuan ini adalah menggaris bawahi 3 ayat Alquran, yang ditato pada tubuh perempuan itu yang melegalkan kekuasaan laki-laki atas perempuan.

Film ini mengundang protes dari umat Islam. Sutradara film ini Theo Van Gogh dibunuh oleh seorang muslim fundamentalis, Mohammed Bouyeri pada 2 November 2004. Bouyeri diganjar hukuman seumur hidup tanpa remisi.

3. Film kartun 'The Life of Muhammad'



Film kartun 'The Life of Muhammad' dirilis April 2008, yang dibuat oleh politisi Belanda kelahiran dan keturunan Iran, Ehsan Jami. Film ini menceritakan kehidupan Nabi Muhammad dengan istrinya yang masih berusia 9 tahun, Aisyah namun dalam sudut pandang seksual. Film itu juga menggambarkan wajah Nabi Muhammad, yang di dalam Islam, tidak diizinkan.

Jami merupakan anggota Dewan Kota Leidschendam-Voorburg yang juga pendiri Komite Eks Muslim, organisasi yang menampung orang Islam yang murtad. Jami keluar dari Islam dan menolak segala sesuatu tentang Islam pasca teror 9/11.

Setelah berita mengenai peluncuran filmnya disiarkan melalui Radio Netherland, komunitas Muslim Belanda kemudian bereaksi untuk menuntut ke pengadilan agar film itu agar dilarang. Film itu dinilai menghina Islam, tidak dapat diterima dan tidak benar.

4. Kartun Nabi Muhammad di Jylland Posten



Pada September 2005, surat kabar Denmark, Jylland-Posten memuat kartun Nabi Muhammad yang menggambarkan wajah Nabi Muhammad. Selain itu digambarkan Nabi Muhammad memakai sorban lilit dengan sumbu bom di bagian atasnya.

Alhasil umat Islam di Denmark protes atas pemuatan kartun ini. Tidak mereda, kartun itu malah dimuat ulang di media dari 50 negara.

4 Bulan kemudian, protes merebak ke seluruh umat Islam di dunia, termasuk Indonesia. Indonesia sampai mengecam karikatur ini kepada Denmark. Sementara protes yang berpuncak pada kekerasan merebak di sejumlah negara, utamanya Kedubes Denmark di seluruh dunia. Sekitar 100 demonstran tewas karena demo ini. Kedubes Denmarkd di Pakistan dibom, Kedubes Denmark di Suriah, Libanon dan Iran ditembaki, pembakaran bendera Denmark, Belanda, Norwegia, Prancis dan Jerman terjadi di Kota Gaza.

Perdana Menteri Denmark saat itu, Anders Fogh Rasmussen mengatakan ini merupakan krisis Denmark di dunia internasional yang terburuk sejak Perang Dunia ke-II

5. Film 'Fitna'



Film ini dirilis pada 2008 yang dibuat oleh anggota Parlemen Belanda, Geert Wilders. Film berdurasi 17 menit ini bercerita tentang Islam, tentang ayat-ayat Alquran dan potongan-potongan aksi terorisme yang dilakukan oleh umat Islam.

Film ini menyimpan pesan bahwa Alquran memotivasi orang untuk membenci siapa saja yang menyerang Islam. Alhasil, film yang diunggah di situs video internet ini diblok.

Di Indonesia, film ini menuai protes keras hingga ke tingkat hubungan diplomatik Indonesia-Belanda. SBY berkomentar tentang politisi nyentrik itu. SBY menuturkan,� pemerintah sudah bersikap tegas melarang film Fitna masuk ke Indonesia. Geertz Wilders selaku pembuatnya, juga dicekal masuk ke Indonesia.

Selain Indonesia, Inggris juga mencekal Wilders. Pernyataan-pernyataan Wilders mengenai muslim dan keyakinan agamanya seperti dalam film Fitna dikhawatirkan bisa mengancam harmoni dalam masyarakat. Akibatnya, saat Wilders nekat masuk ke Inggris, dia langsung dideportasi.

Inggris sejak Oktober 2008 semakin memperketat peraturan keimigrasian. Kebijakan ini diambil untuk mencegah para orang asing penyebar kebencian masuk ke negeri itu dan memantik ketegangan atau mengancam keamanan nasional.

Media Belanda edisi Sabtu 9 Oktober mensinyalir SBY batal ke Belanda karena kiprah Wilders yang akan turut membangun pemerintahan baru Belanda setelah dia memenangi sejumlah kursi di parlemen. Informasi ini didapat dari sumber yang mengetahui persis pembatalan itu.

Deplu Belanda enggan mengomentari artikel di media itu dengan alasan sumber beritanya anonim, termasuk terhadap statamen Wilders. Deplu hanya memastikan bahwa kunjungan SBY akan dilaksanakan lain waktu.

Geert Wilders adalah pemimpin Partai untuk Kebebasan Belanda (PVV). Pengaruh politik Wilders dinilai akan semakin meningkat karena ia dan partainya akan menjadi mitra koalisi pemerintah Belanda yang baru. Namun Pemilu terbaru di Belanda, PVV kalah telak. PVV (Partij voor de Vijheid, Partai untuk Kebebasan) pimpinan Geert Wilders yang hanya meraih 13 kursi atau merosot drastis dari 24 kursi pada pemilu sebelumnya.

6. Film 'Innocence of Muslim'



Film kontroversial 'Innocence of Muslims' yang dianggap merendahkan Islam dan Nabi Muhammad menuai protes ribuan demonstran di Libya dan Mesir, bahkan hingga menewaskan Dubes AS untuk Libya. Sebenarnya apa yang membuat film ini diprotes besar-besaran?

Seperti dilansir AFP, Kamis (13/9/2012), film ini mengisahkan tentang kehidupan Nabi Muhammad yang dibumbui dengan tema pedofil dan homoseksualitas. Sejumlah adegan dalam film yang berdurasi 2 jam ini telah diunggah ke internet dan bisa juga dilihat di sejumlah saluran satelit privat.

Secara keseluruhan, film ber-budget rendah ini menggambarkan kehidupan umat muslim sebagai manusia tak bermoral dan sarat dengan kekerasan. Jika dilihat dari segi kostum yang sangat amatir, kemudian naskah yang sekenanya dan backdrop palsu, film ini sama sekali tidak menarik perhatian.

Namun semenjak diunggah ke internet, banyak pihak yang mengecam dan memprotes film ini karena konten yang ada di dalamnya. Bagaimana tidak, jika film ini terang-terangan menggambarkan Nabi Muhammad sebagai pria yang gemar tidur dengan banyak wanita dan sering membicarakan soal pembunuhan anak-anak.

Perlu diketahui bahwa film ini dibuat oleh seorang pria keturunan Israel-Amerika, Sam Bacile. Tidak banyak hal yang bisa diketahui soal Bacile yang juga berprofesi sebagai pengembang real-estate di California selatan, AS ini.

Dalam wawancaranya dengan Wall Street Journal, pernyataan-pernyataan Bacile semakin menuai kontroversi. Dimana dia menyebut Islam sebagai agama yang penuh kebencian.

Bacile menuturkan, dirinya bertanggung jawab sepenuhnya atas film yang mulai diunggah ke internet sejak Juli lalu. Kepada Wall Street Journal, Bacile mengungkapkan biaya film ini mencapai USD 5 juta dan berasal dari sejumlah donatur penganut Yahudi yang enggan dia sebutkan identitasnya.

Film ini dibuat tahun 2011 lalu dan memakan waktu selama 3 bulan, dengan sebagian besar lokasi syuting berada di California, AS. Bacile menuturkan, dirinya bekerja sama dengan 60 aktor dan 45 orang kru untuk memproduksi film ini.

Di Mesir, film ini memicu gugatan hukum yang diajukan seorang wartawan Mesir terhadap produser film ini. Disebutkan dalam gugatan tersebut bahwa film ini sengaja ditujukan untuk 'menyerang Islam'. Gugatan ini diawali oleh pemberitaan sejumlah media Mesir yang menyebut sejumlah umat Kopstik Mesir yang tinggal di AS ikut terlibat dalam pembuatan film ini. Pemerintah Mesir pun didesak untuk melepaskan kewarganegaraan orang-orang Mesir yang terlibat dalam film ini.

Film ini memicu unjuk rasa besar-besaran di Kairo, Mesir dan Benghazi, Libya. Ribuan demonstran menyerbu dan menyerang kantor kedutaan dan konsulat AS di dua wilayah tersebut. Tragis, Dubes AS untuk Libya Christopher Stevens beserta 3 stafnya tewas akibat serangan yang terjadi pada 11 September malam waktu setempat. Dubes Libya itu meninggal karena asap tebal yang timbul usai serangan roket ke gedung Konsulat AS dan terjebak di dalamnya.(*)

sumber